Pura
Lempuyang Luhur
diduga termasuk paling tua keberadaannya di Bali. Bahkan sudah ada pada zaman
pra – Hindu-Budha. Pura
lempuyang merupakan awal mula lahirnya umat Hindu. Dimana Atman pertama kali
diturunkan oleh Ida Sang HyangWidhi. Sehingga disarankan bagi umat Hindu untuk
tangkil (bersembahyang) di pura ini minimal 10 tahun sekali.
Di
Pura Lempuyang terdapat sebuah Stana Dewa atau pelinggih yang bernama Tirta
Pingit. Tirta Pingit ini merupakan air suci yang berasal dari rumpun bambu yang
berjumlah tiga buah rumpun bambu. Jika pemedek atau umat hindu yang ingin
mendapatkan tirta atau air suci ini maka para pemangku atau orang suci akan
memotong batang bambu dari rumpun tersebut, dari batang bambu itu akan keluar
air, air itulah yang dinamakan
tirta pingit. Pelinggih Tirta Pingit terletak diantara rerumpunan bambu yang
tumbuh di puncak pada lokasi Pura Lempuyang Luhur.
Tirta Pingit |
Pura
Luhur Lempuyang merupakan salah satu tempat suci bagi umat Hindu di Bali. Pura
indah ini terletak di puncak bukit Bisbis atau Gunung Lempuyang, tepatnya di
desa Purahayu, Kecamatan Abang, Karangasem, termasuk wilayah kecamatan Abang,
Kabupaten Daerah Tingkat II Karangasem, sebagai tempat suci untuk memuliakan
dan memuja Ida Sanghyang Widhi Wasa dalam perwujudannya sebagai Icwara. Pura
ini berstatus sebagai salah satu “Sad Khayangan Jagad” sehingga dengan demikian
jelas bahwa pura ini merupakan penyungsungan jagat yg terletak pada arah timur
pulau Bali. Dewa yang diistanakan disini, yakni Hyang Gni Jaya atau Dewa
Iswara. Pura
ini berstatus sebagai salah satu 'Sad Kahyangan" jagat. Sejarah berdirinya
Pura ini tidak bisa dilepaskan dari turunnya 'Bhatara Tiga' pada jaman dahulu
dari Gunung Semeru.
Kata Lempuyang berasal dari
kata ‘lampu’ yang artinya sinar dan ‘hyang’ untuk menyebut Tuhan. Dari kata itu
lempuyang diartikan sinar suci Tuhan yang terang benderang. Versi lain ada juga
yang menyebut lempuyang berasal dari kata ‘empu’ atau ‘emong’ yang diartikan
menjaga. Bhatara Hyang Pasupati mengutus tiga putranya turun untuk mengemong
guna menjaga kestabilan Bali dari berbagai guncangan bencana alam.
Upacara
Piodalan Pura Lempuyang Luhur jatuh pada hari kamis Umanis wuku dungulan yakni
setiap enam bulan bali sekali (210 hari). Adapun urutan upacara piodalan pada
Pura Lempuyang Luhur adalah sama dengan upacara pada Pura Sad Khayangan
lainnya.
Pura Lempuyang didirikan oleh Rsi Markandeya sekitar abad ke-8 M. Pada saat itu
Rsi Markandeya membuat sebuah pesantrian yang digunakan untuk keperluan
persembahyangan sekaligus menyebarkan ajaran Hindu. Sekitar tahun 1950 ditempat
didirikannya Pura Lempuyang Luhur kini, awalnya hanya ada tumpukan batu dan
sanggar agung yang dibuat dari pohon hidup. Dibagian timur berdiri sebuah pohon
sidhakarya besar yang kini sudah tidak ada lagi. Diduga pohon itu tumbang atau
mati pelan-pelan tanpa ada generasi baru menggantikannya. Barulah pada tahun
1960 dibangun dua padma kembar, dan sebuah padma tunggal bale piyasan.
Jalur tracking |
View jalur tracking |
Dan alternatif jalan yang kedua yaitu melalui Banjar Sekar Gunung Desa Bukit. Dimana jalur ini berupa jalan beraspal dan sedikit menanjak. Melalui jalur ini para pemedek akan langsung tiba di pura Lempuyang Madya, waktu yang dibutuhkan untuk menuju pura lempuyang madya dari Kota Amlapura Kabupaten Karangasem yakni 30 menit perjalanan.
Lempuyang madya |
Dengan demikian desa bukit merupakan
akses yang sangat setrategis untuk menuju Pura Lempuyang Luhur. Karna kita
dimanjakan dengan berbagai jalan yang disesuikan dengan kebutuhan dan keinginan
kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar