Pura
Anggreka Sari memiliki suatu keunikan yakni adanya sebuah batu yang berbentuk seperti
celengan dimana batu ini meskipun diisi uang kepeng sebanyak apapun tidak pernah
penuh. Dibuktikan oleh warga yang selama bertahun-tahun mengisi batu tersebut dengan
uang “sesari banten” namun tidak pernah penuh hingga saat ini. Selain itu batu ini
pernah juga disiram air hingga berliter-liter namun tidak kunjung penuh di duga
batu ini memiliki lorong hingga ke dasar bumi. Oleh sebab itu batu ini disebut sebagai
bank dunia niskala. Ada hal yang menarik lainnya dari pura ini yakni adanya sebuah
batu yang berbentuk lumbung dimana diatasnya ditumbuhi oleh sebuah pohon besar
yang belum diketahui jenis pohon tersebut hingga saat ini, pohon tersebut sekilas
berbentuk seperti beringin namun buah yang dihasilkan berasal dari daun bukan pohonnya.
Kata
Anggreka diambil dari bahasa Sansekerta yang berarti mengawail kata ini digunakan karena melambangkan sebuah awal
dari pura melanting yang pertama. Selain itu kata Anggreka juga berarti awal
yang dikhususkan bagi para petani untuk menyebar benih diladang yang
menunjukkan awal dari proses menjemput rezeki. Pura ini berada di Desa adat Watu
Gunung, desa Bukit, Kabupaten Karangasem. Akses menuju pura ini berupa jalan beraspal
dan sedikit menanjak. Dan dibutuhkan waktu 20 menit
perjalanan dari Kota Amlapura Kabupaten Karangasem.
Pada
awalnya batu lumbung dan celelengan tersebut ditemukan disalah satu kebun warga
dan pada batu lumbung tersebut terdapat pohon kecil yang hidup diatasnya, warga
tersebut menganggapnya hal yang biasa sehingga pohon dan batu tersebut dibiarkan
begitu saja, namun seiring waktu pohon tersebut semakin besar sehingga pemilik tanah
berniat untuk menebang pohon tersebut namun secara tiba-tiba pemilik tanah tersebut
jatuh sakit dalam waktu yang lama, setelah pulih kembali beliau berniat menebang
pohon itu kembali namun kejadian serupa terjadi lagi dan beliau kembali jatuh sakit.
Setelah kejadian tersebut beliau mendapatkan wahyu dari Ida yang melinggih
(berstana) di pohon tersebut, kemudian beliau memutuskan untuk membiarkan pohon
tersebut tetap hidup hingga saat ini.
Pura
Anggreka Sari merupakan pura melanting pertama yang ada di bali pada zaman perunggu.
Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya pinggel-pinggelan yang berupa gelang. Ida
Bathara yang melinggih disini adalah Ida Bathara Sri Rambut Sedana yang merupakan lambing kemakmuran dan sumber rezeki.
Selain itu pura ini merupakan jajaran dari pura Lempuyang. Apabila ada yang
ingin ngenteglinggih atau mendirikan pelinggih Ida Bathara Rambut Sedana di
merajan patut nunas Daksina Pelinggih di Pura Anggreka Sari ini. Piodalan pada pura
Anggreka Sari jatuh pada rahina Sabuh
Mas, yaitu sehari setelah Someribek Wuku Sinta.
Seiring
dengan perkembangan zaman, kepercayaan, dan canggihnya teknologi komunikasi saat
ini, banyak masyarakat yang berasal dari luar kabupaten Karangasem yang dataing
untuk tangkil kepura ini dengan berbagai tujuan tersendiri. Khususnya memohon untuk
dilancarkan segala jenis usaha yang dijalankan oleh setiap pemedek.
Di 2018 kapan pujawalinya
BalasHapus